Home / Daerah

Rabu, 21 September 2022 - 07:12 WIB

Warga Teluk Kulbi Raup Keuntungan Dari Upih Pinang

Tanjabbar.Genjambi.ID – Beberapa tahun terakhir harga pinang di Indonesia khususnya di kabupaten Tanjung Jabung Barat semakin melemah.

Hal ini membuat masyarakat khawatir dan cukup kewalahan, seperti di desa Teluk Kulbi Kecamatan Betara Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar).

Mayoritas penghasilan utama masyarakat ialah hasil bumi atau lebih tepatnya pinang, dengan perkiraan persentase sebesar 80 persen.

Namun pada akhir tahun 2018 lalu, masyarakat kedatangan mahasiswa Universitas Jambi (Unja) yang membawa kabar gembira dengan program tahunan pengabdian desa.

Pelepah pinang atau upih pinang yang awalnya hanya di anggap sebagai sampah dan tidak bernilai berkat mahasiswa Unja berhasil merubah perspektif masyarakat sekitar.

M. Ilyas seorang pengrajin pelepah mengatakan “sebelum mahasiswa unja datang, kita disini menganggap pelepah pinang hanya sampah dan tidak bernilai ekonomis tinggi. Namun sekarang mampu meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar,” jelasnya.

READ NEW  Kapolres Tanjabbar Akan Tutup Secara Paksa Acara Keramaian

Beberapa utusan mahasiswa dari Unja turun ke desa dan mengolah limbah melihat potensi yang ada.

“Semenjak hari itu kami tidak ingin diam, kami sudah mendapat ilmu harus kami kembangkan bersama,” tambahnya.

Dengan persentase 80 persen tanaman pinang di desa teluk kelubi, masyarakat sekitar tidak kesulitan pelepah pinang yang akan dibuat piring.

“Untuk mencari pelepah kita bersama masyarakat juga yang ingin mendapatkan uang tambahan, anak-anak sekitar yang mau bisa juga,” lanjutnya.

“Untuk harga bervariasi tergantung besarnya pelepah, mulai dari 200 rupiah, hingga 400 rupiah kita beli dari warga,” jelasnya.

Pemasaran piring upih di desa Teluk Kulbi tidak di ragukan lagi, bahkan pengiriman sudah sampai mancanegara

“Untuk pemasaran kita tidak ada kendala karena memang dari awal kita bekerja dengan bumdes, kelompok tani dan rumah Jambi yg kerjasama dengan Unja,” tambahnya.

Melalui kerjasama terbuat pemasaran sudah menembus mancanegara. Dikirim ke berbagai negara.

“Dikirim ke Thailand, Cina dan Bangladesh namun karena pandemi kita stop dulu, banyak kendala khususnya dalam pengiriman. Bahkan selama beberapa bulan hanya melayani pemesanan lokal seperti acara kabupaten, pameran dan Alhamdulillah sekarang sudah mulai jalan lagi dinas-dinas kabupaten, tetangga, juga mulai melirik,” selanjutnya.

Namun menurut Ilyas, kendala terbesar ialah alat, dimana alat yang digunakan saat ini sudah usang dan masih manual.

“Kendala terbesar hanya alat, dimana alat kita sudah uang dan masih manual, belum lagi sebelum upih di pres harus kita lapisi aluminium foil alatnya agar tidak ada noda kotor,” jelasnya.

Tidak hanya itu saja, akibat alat yang sudah usang, pihaknya menolak pesanan dari Bali karena tidak mampu memenuhi permintaan pasar.

“Kita pernah dapat pesanan dari Bali, diminta menyiapkan 4000 piring upih perbulan, kita tidak snggup karena memang alat kita tidapu, untuk alat saat ini 100-150 bisa kita produksi per hari, tapi untuk rata-ratanya 100 kita produksi per hari,” tambahnya.

Dalam kesempatan ini tak luput Ilyas juga menyampaikan harapannya, agar ada rekanan ataupun pemerintah terkait untuk membantu alat yang lebih baik.

“Harapan saya hanya alat yang lebih modern, agar desa ini semakin berkembang dan kalau desa ini ada alat yang lebih mendukung warga desa juga lebih sejahtera,” tutupnya.

(wis/*)

READ NEW  Meski Tidak Terpilih Jadi Ketua DPRD, Hamdani Siap Berkolaborasi Demi Partai

Share :

Baca Juga

Daerah

Belasan Anak Sekolah Di Desa Rantau Benar Terluka Usai Jembatan Gantung Terputus

Bencana

Tanah Longsor Kembali Terjadi di Kelurahan Senyerang

Daerah

Lokasi dan Pengelolah Objek Wisata Bukit Batu Suban Belum Jelas

Daerah

Legalitas Lahan Masih Jadi Kendala Disbunak Tanjab Barat Terkait Replanting

Daerah

Bupati Tanjab Barat Minta Perusahaan Serap Tenaga Lokal 40 Persen

Daerah

PT WKS Gelar Sosialisasi Karhutla dan Pendidikan Konservasi

Daerah

Warga Tungkal Ilir Temukan Mayat Tanpa Identitas Yang Mulai Membusuk

Daerah

Gaji Guru Honorer Di Tanjab Barat Belum Dibayar Sejak Januari, Ini Kata Disdik