Tanjabbar.genjambi.com – Warga mempertanyakan pergerakan dari pemerintah khususnya dinas kesehatan yang cenderung lambat dalam penanganan kasus penyakit demam berdarah (DBD) yang mewabah.
“Harus menunggu korban dulu baru bertindak ya?. Bukannya mencegah lebih baik daripada mengobati,” tanya Rusdi, Warga Jalan Siswa, Kecamatan Tungkal Ilir, Kamis (9/1/2020) terheran heran.
Diungkapkannya, akibat penyakit yang bersumber dari nyamuk itu telah memakan korban jiwa hingga meninggal dunia.
“Warga Lorong Ikhsan depan hotel Masa Kini meninggal dunia karena DBD.Knapa pemerintah tidak begitu aktif,” ungkapnya.
Sedangkan untuk pencegahan, pihaknya telah meminta kepada dinas kesehatan agar dilakukan pengasapan (Fogging red). Namun hal itu mendapatkan respon lambat.
“Kami warga jalan siswa minta fogging, tapi respon nya lambat, dua kali dulu diminta baru ditanggapi. Itu pun obatnya kurang bagus. Soalnya nyamuknya belum mati, malah beterbangan. Biasanya seperti dulu nyamuk langsung mati,” ungkap Rusdi.
Sementara warga Jalan Kalimantan, Kecamatan Tungkal Ilir diungkapkan Rusdi mengalami hal yang sama. Parahnya lagi hingga saat ini belum mendapatkan respon.
Sementara itu berdasarkan informasi yang dihimpun dari Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat, Kuala Tungkal bahwa santrinya ada yang terkena DBD.
Husnaini, Pengurus Madrasah Aliyah Pesantren Al-Baqiyatush mengatakan bahwa tersebut belum bisa dibenarkan. Sebab belum ada hasil dari rumah sakit. Dan saat masih dalam menjalani perawatan serta ada yang pulang kampung.
Terkait informasi adanya yang meninggal, Husnaini mengungkapkan bahwa itu merupakan anak guru yang mengajar di Pesantren tersebut.
“Memang ada yang meninggal, cuman bukan santri disini. Yang meninggal itu anak guru yang mengajar disini,” ungkapnya.
Kemudian wartawan menginformasi kepada orang tua korban dan membenarkan hal tersebut.
“Iya benar, kata dokter di rumah sakit anak saya menderita DBD. Meninggal pada minggu (5/1/2020) siang,” ungkapnya melalui sambungan telepon.
Sebelum meninggal dunia, anaknya sempat dirawat selama lima hari di rumah sakit. (Redaksi)