Tanjabbar.Genjambi.ID – Komunitas Sindikat Asam Lambung dan EMC Project menyelenggarakan peringatan Hari kopi internasional di kota Kuala tungkal. Kegiatan ini dilaksanakan untuk memperingati hari kopi Internasional yang jatuh setiap tanggal 1 oktober.
Pada kesempatan ini, penyelenggara mengangkat tema “Liberika Untuk Dunia”. Kali ini, Omah Kopi mendapat kehormatan sebagai tempat penyelenggaraan kegiatan, Sabtu, (1/10/2022).
Kegiatan yang dilaksanakan oleh EMC Project dan Komunitas Asam Lambung ini didukung oleh banyak komunitas, tidak hanya komunitas kopi. Hingga penutupan acara tanggal 2 oktober, kegiatan ini berlangsung meriah dan berhasil membawa suasana baru bagi kegiatan perkopian dan komunitas di Kota Kuala Tungkal meskipun sempat terkendala hujan. Selain itu juga menghasilkam banyak point pembahasan yang dapat ditindaklanjuti di kemudian hari.
KEGIATAN KOLEKTIF MELALUI PELIBATAN BERBAGAI KOMUNITAS
Komunitas Sindikat Asam Lambung dan EMC Project melibatkan berbagai komunitas pemuda di Kuala Tungkal, diantaranya : komunitas tembak dinding yang membawakan Live Mural, Komunitas Ruang Baca Mentari yang menggelar bazar buku, komunitas ambung sastra yang membawa buku indie terbitannya, Komunitas Teater Tanjak yang menggelar pembacaan puisi, Mawar Project yang membawakan Live musik akustik mawar project dengan guest star Randy Mahardika alias “Randy Cukup”, Komunitas Fotografer Tanjab Barat yang memberikan sumbangsih personal berupa pameran foto profesional tanjab barat, Edukasi kopi dari barista jambi Febri Dinanti dan Zulhadi kasman dari Omah Kopi, dan workshop kolase dari Kolega Kolase.
Tidak hanya terlibat aktif ketika acara berlangsung, berbagai komunitas ini juga membantu persiapan acara. Berbagai komunitas menyesuaikan diri dengan jadwal acara dan ruang yang disediakan penyelenggara, serta mengambil perannya masing-masing ketika acara berlangsung sehingga kegiatan mengalir secara alamiah tanpa banyak intruksi.
MENGHADIRKAN OPD TERKAIT UNTUK BERDISKUSI
Dalam salah satu rangkaian kegiatan, terdapat diskusi dan talkshow bertajuk “Liberika Untuk Dunia”. Diskusi dan talkshow ini berlangsung pada hari kedua kegiatan.
Diskusi menghadirkan tiga dinas terkait sebagai narasumber, yaitu Diskoperindag Tanjab Barat, Disbunnak Tanjab Barat, dan Disparpora Tanjab Barat, serta perwakilan dari Dekopi Jambi. Diskusi ini berfokus pada bagaimana mengangkat kopi liberika untuk dapat mencapai pasar dunia melalui ekspor, dan bagaimana generasi muda dilibatkan dalam kegiatan perkopian. Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa kopi Liberika Tungkal telah mendapat indikasi geografis pada tahun 2014. Sayangnya setelah itu, terjadi penurunan kinerja di hampir seluruh lini perkopian Tanjab Barat, baik hulu maupun hilir.
Diskoperindag Tanjab Barat melalui perwakilannya menyatakan bahwa mereka memang tidak mengetahui catatan ekspor kopi liberika, namun Diskoperindag telah memberi banyak bantuan dan pelatihan kepada petani dan pegiat kopi di Tanjab Barat.
“Namun memang tidak dapat dipungkiri bahwa ada beberapa bantuan yang kurang maksimal, misalnya Rumah pengering dan bangunan SIP di Betara yang saat ini beberapa fungsinya kurang optimal. Perwakilan Diskoperindag Tanjab Barat menyatakan siap menerima masukan dan proposal dari pemuda terkait kegiatan perkopian”, ujar perwakilan Diskoperindag.
Sementara itu, Disparpora lebih memfokuskan kegiatannya pada kegiatan promosi produk yang berhubungan dengan pariwisata. Disparpora telah melatih beberapa Pokdarwis (kelompok sadar pariwisata) untuk mendukung pariwisata di Tanjung Jabung Barat, selain itu juga mereka sedang mendorong kawasan Parit 1 untuk menjadi kawasan wisata kuliner kopi dimana Warung Haji Mail menjadi maskotnya.
“Perwakilan disparpora mengatakan bahwa dalam penyelenggaraan kegiatan wisata, disparpora bekerja sama dengan pihak ketiga, sehingga disparpora tidak turun langsung, namun hanya sebagai fasilitator dan regulator”, ujarnya.
Sementara itu, Disbunnak Tanjab Barat menyatakan bahwa memang saat ini permasalahan kebun kopi liberika sangat terkendala di drainase atau tata air mikro. Ada banyak bantuan bibit dan pupuk yang diberikan Disbunnak Tanjab Barat kepada petani, namun percuma jika tata air mikro di kebun tidak diperbaiki.
“Banyak pohon yang baru ditanam mati karena kebanjiran. Permasalahan banjir dan genangan air dilahan gambut memang menjadi momok yang serius bagi petani kopi liberika. Perwakilan Disbunnak Tanjab Barat mengatakan bahwa hal itu itikad politik dari pemerintah, mereka sebagai OPD hanya pelaksana saja”, ungkap Perwakilan Disbunnak Tanjab Barat.
Perwakilan Dekopi Jambi, M. Firdaus yang baru saja berkunjung ke Jawa barat dan Yogyakarta terkait kegiatan kopi turut menyampaikan masukannya. Firdaus mengatakan, “Saat ini kopi liberika sangat diminati dan dicari sebagai akibat dari efek WBC Milan, namun sangat disayangkan stok kopi spesialnya sangay terbatas sehingga pembeli tidak mendapatkan apa yang dicarinya. Dia berharap, setelah kegiatan ini dapat didorong berbagai inisiatif dan terjadi kolaborasi antar pegiat kopi liberika di Jambi dan Kuala Tungkal agar dapat mengambil peluang ini”, tutur Firdaus.
Meskipun sangat terbuka dalam diskusi, masing-masing OPD tidak dapat memberi solusi yang pasti atas pertanyaan komunitas. Hal ini dikarenakan OPD bertindak berdasarkan jalur dan ketentuannya masing-masing. Sementara permasalahan kopi liberika sangat kompleks. Untuk itu, komunitas Sindikat Asam Lambung berharap para pihak dapat duduk bersama untuk mencari solusi masalah ini sehingga penyelesaiannya dapat berjalan beriringan dan tidak saling lempar tanggungjawab.
Sebagai tindak lanjut kegiatan ini, Komunitas Asam Lambung juga berharap salah satu dinas dapat menjadi tuan rumah untuk dilaksanakannya Focus Group Discussion (FGD) guna membahas masa depan kopi liberika di Tanjung Jabung Barat.
SARANA UNJUK KREATIVITAS PEMUDA KUALA TUNGKAL
Event yang diselenggarakan oleh Komunitas Sindikat Asam Lambung dan EMC Project, sebuah event organizer di Kuala Tungkal ini juga menjadi wadah untuk unjuk kreativitas bagi pemuda di Kuala Tungkal yang selama ini kurang mendapat ruang untuk berkreasi.
Misalnya, Zulhadi Kasman merelakan dan sangat senang dinding warung Omah Kopi-nya digambari mural yang menampilkan sosok Ultraman. Mural tersebut dibuat oleh Bong Nice dan kawan-kawan yang tergambung dalam Komunitas Tembak Dinding. Pada akhir kegiatan, banyak pengunjung yang berfoto dengan latar belakang mural tersebut.
Komunitas lainnya yang bisa berkreasi misalnya Kolega Kolase yang meskipun karena hujan tidak memperoleh ruang untuk unjuk kreativitas kolasez akhirnya dapat terwadahi dengan melakukan kegiatan kolase di dalam warung Omah Kopi.
Yang tidak kalah meriah yaitu penampilan live musik akustik dari Mawar Project yang membawa guest star Randy Mahardika, sangat sukses menghangatkan suasana malam di Kuala Tungkal yang baru diguyur hujan.
EMC Project selaku sponsor dari kegiatan ini berharap kedepannya pemuda di Kuala tungkal dapat lebih aktif dilibatkan dan aktif dalam kegiatan-kegiatan kreatif. Ada banyak komunitas di Kuala Tungkal yang sangat bergairah memajukan daerah, namun selama ini kurang diberi ruang oleh pemerintah. Sumberdaya manusia ini jika tidak diarahkan dengan baik, bisa saja menjadi batu sandungan bagi pemerintah tanjab barat untuk bersaing dimasa depan mengingat di tahun 2030-2045, Indonesia akan mengalami bonus demografi. Pemerintah Tanjab barat seharusnya memberi ruang yang lebar pada para pemuda yang mampu menyalurkan minat bakatnya ke arah yang positif.
“Semoga semangat kreatif dan kolektif ini dapat dirawat terus meskipun kegiatan kali ini telah selesai” katanya di penghujung acara.
MENGHASILKAN VIBE YANG LUARBIASA
Peringatan hari Kopi Internasional bertajuk Liberika Untuk Dunia yang diselenggarakan di Omah Kopi Kuala Tungkal kali ini menghasilkan vibes dan insight yang luarbiasa. Hal ini dirasakan oleh Zulhadi Kasman selaku pemilik Omah Kopi, dia sampai beberapa kali tertegun takjub. Tidak menyangka bahwa suasana yang dihasilkan dari event di Omah Kopi begitu berbeda dengan kebanyakan event yang diselenggarakan di Kuala Tungkal umumnya.
Dari segi dekorasi, penyelenggara dan komunitas sangat maksimal mengatur interior dan eksterior. Pencahayaan, mural, dan foto-foto yang dipajang sangat ciamik sehingga mengesankan kualitas dari sisi visual. Komunitas yang terlibat secara tulus meskipun terhalang hujan mengokohkan kesan kolektif dan kolaboratif dari event ini. Tidak ada yang merasa dianaktirikan, dan tidak ada yang merasa hebat sendiri. Sehingga biarpun dua kali dihajar hujan lebat dan harus bongkar muat dekorasi, penyelenggara dan komunitas akan menatanya kembali begitu hujan reda. Dan acara pun berlangsung selama dua hari seperti itu. Luarbiasa! Semangat ini perlu dijaga terus sebagai api yang akan menghidupi semangat komunitas di kuala tungkal ke depannya.
DITUTUP DENGAN MENGHENINGKAN CIPTA ATAS TRAGEDI KEMANUSIAAN DI STADION KANJURUHAN
Pada saat berlangsungnya acara, di belahan nusantara lainnya, yaitu di Malang, telah terjadi tragedi kemanusiaan. Ratusan orang meninggal dunia dalam suasana panik untuk keluar dari stadion Kanjuruhan.
Pada hari minggu, sekitar pukul 11 malam, mendekati usainya kegiatan, Ario Munanda selaku koordinator Sindikat Asam Lambung mengajak seluruh hadirin yang masih ada dilokasi untuk mengheningkan cipta dan berdoa sebagai bentuk belasungkawa yang mendalam atas tragedi yang terjadi di Malang tersebut.
Untuk diketahui, event yang dilaksanakan oleh Komunitas Sindikat Asam Lambung dan EMC Project ini telah dilaksanakan dengan meriah, dan hadirin kembali dengan kesannya masing-masing.
(Wis/*)